Ini Alasan Bule Australia Masuk Islam




Tak banyak orang Barat yang telah mengetahui dan mempelajari Islam namun kemudian masih mengurungkan niatnya untuk masuk Islam. Bisa jadi karena memang image Islam yang dibangun di Barat adalah negatif. Namun tidak demikian dengan sister Juliet, warga negara Australia yang bersedia masuk Islam dan belajar Islam mulai dari nol.

Terkesan dengan Akhlak Nabi, Juliet Semakin Yakin dengan Islam 



My first impression to Islam was the Prophet would have his wives at home. I am really impressed. I mean, coming from the negative side, I have heard a lot of negative thing about the Prophet. You know, to say that it was fair that there is such caring from the Prophet. That’s the thing that really impresses me.
-Sister Juliet-


Perjalananku mencari revert alhamdulillah saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Saat bersilaturahim ke kediaman ustad Ali lah aku berjumpa dengan sister Juliet. Datang bersama sang suami yang berasal dari Indonesia, sister Juliet saat itu tengah menyimak kajian yang diadakan oleh kelompok pengajian Samara, pengajian keluarga Indonesia di Sydney. Ku dapati parasnya yang ‘bule’ dan mengenakan hijab, akhirnya aku coba konfirmasi sambil mengenalkan diri. Alhamdulillah, sister Juliet dan suami setuju untuk menceritakan perjalanan hidupnya.

Pada hari Ahad pagi, aku yang ditemani seorang kawan, mencari kereta dari Central station menuju Katoomba station. Jarak tempuh selama kurang lebih dua jam akhirnya kami sampai di Katoomba. Ya, inilah kawasan Blue Mountains NSW udara dan air yang segar membuat kami jatuh cinta, sungguh tempat tinggal yang nyaman jauh dari pusat kota. Sesampainya kami di rumah sister Juliet, kami pun disambut dengan suguhan buah-buahan unik khas pegunungan. Tak lupa dengan maksud kedatangan, aku pun meminta izin memulai interview. Beginilah kisahnya.

Aku tumbuh dewasa dengan ajaran Kristen karena dahulu aku merawat anak-anak di gereja lokal. Pekerjaanku mirip seorang nanny. Itulah mengapa aku selalu datang ke gereja usai menyelesaikan pekerjaanku dan di setiap akhir pekan.

Sekarang setelah aku menikah beberapa tahun setelah itu, di sinilah perjalananku menjadi Muslim berawal. Kami melakukan pernikahan dengan cara Islam dan aku resmi menjadi Muslim pada hari itu. Sejak itulah aku berada dalam ‘learning curve’ Islam yang mengharuskanku belajar Islam dari dasar karena aku masih kurang ilmu berislam. Semua informasi yang ku tahu tentang Islam berasal dari sumber yang salah. Aku diajarkan tentang Islam dari perspektif negatif. Ketika di sekolah tingkat menengah aku memiliki mata pelajaran Asian studies dan Social Studies, namun apa yang diajarkan tentang Islam tidak semuanya benar.

Sejak itu, aku mulai membaca beberapa buku dari Mesir karangan ilmuan Muslim dalam bahasa Inggris. Aku juga membaca al-Qur’an dalam versi bahasa Inggris. Sekali saja aku memperlajari Islam, aku dapati bahwa semua hal dijelaskan rinci dalam agama ini. Dalam Islam, aku temui semua yang tidak aku pahami dulu pada ajaran Kristen. Alhamdulillah, kini semuanya jelas. Misalnya seperti kisah Maryam, bagaimana mulanya Maryam bisa melahirkan Isa (Yesus) dan sebagainya. Hal ini dijelaskan rinci di dalam al-Qur’an.  Itu yang tidak ku dapati di Kristen, aku tak paham bagaimana Maryam melahirkan Isa. Tidak hanya kisah Maryam dan Isa, bagaimana manusia dicipatakan pun rinci dijelaskan. Selanjutnya, al-Qur’an juga menjelaskan bahwa langit ada tujuh tingkatan, hal-hal itu membuatku takjub dengan al-Qur’an. Semua penjelasannya sangat membantuku. Aku semakin yakin bahwa Islam adalah agama yang benar untuk diikuti. Ku sadari, masih banyak ilmu yang harus aku pelajari. Ini perjalanan yang panjang dan aku masih dalam perjalanan itu. Aku masih terus belajar sampai saat ini. Berusaha untuk menjadi Muslim seutuhnya, aku rasa kalian yang terlahir Muslim pun seharusnya masih dalam ‘learning curve’ ini sekalipun kalian practicing Muslim.

Dibesarkan secara Kristiani, hal ini memberikan tantangan tersendiri ketika orang di lingkungan sekitar dan masyarakat di sini melihatku secara berbeda, misalnya ketika aku mengenakan hijab di lingkungan mayoritas tak paham Islam. Ini masih sulit bagiku untuk berhijab setiap waktu. Selain itu, aku tinggal di lingkungan di mana tidak berada di komunitas Muslim dan itu seperti terisolasi. Jadi, penampilanku dengan hijab agaknya terlihat mencolok di kalangan masyarakat di lingkungan ini. Sampai kini, aku masih harus terus belajar.


Ketertarikanku pada Islam yakni ketika mengetahui bahwa Nabi Muhammad menganjurkan para istrinya berada di rumah. Aku sangat mengagumi sosok Nabi. Datang dari perspektif negatif tentang Nabi Muhammad, aku justru mendapati karakter beliau yang mengagumkan. Aku mendapati beliau sebagai pemimpin keluarga yang penyayang dan perhatian. Juga tentang puasa, bulan Ramadhan itu sangat mulia. Aku juga mendapatkan penjelasan detil tentang sosok Nabi Ibrahim, Musa, dan Nuh. Tumbuh dengan latar belakang ajaran Kristiani, aku tersadar bahwa Nabi-nabi yang disebutkan dalam Bibel dan al-Qur’an adalah sosok yang sama. Kesemua nabi membawa misi yang sama, yaitu menyembah pada Allah Yang Esa. Aku suka sekali membaca kisah tentang Nabi-nabi dalam al-Qur’an.

Jujur saja, tidak ada sesuatu yang spesial atau hal magis yang membuatku kemudian memilih Islam. Menjadi Muslim adalah perjalanan belajar Islam itu sendiri. Ketika aku mempelajari Islam di awal, agama ini tak seperti yang dipersepsikan banyak orang di luar sana. Aku kira masyarakat perlu mengedukasi diri mereka masing-masing tentang agama yang mereka anut dan Islam. Mereka perlu membaca al-Qur’an, membaca kisah-kisah dan pelajaran sehingga mereka bisa merefleksikan kehidupan mereka dan mengambil hikmah. Aku juga tertarik dengan konsep sedekah yang diajarkan Islam. Aku yakin semua ajaran yang diperintahkan atau dilarang dalam Islam memiliki satu tujuan yaitu membawa manusia pada jalan yang benar.

Konkret saja, aku melihat banyak sekali hal negatif yang dieskpos oleh media barat. Tayangan-tayangannya banyak mempertontonkan musik dan film yang merusak moral anak-anak muda. Aku jujur saja khawatir bagaimana nanti anak-anakku akan tumbuh di sini. Tayangan-tayangan itu berbahaya. Dari situ aku melihat bahwa Islam hadir layaknya cahaya yang menyala di dalam ruang gelap. Islam menghindarkan lalu mengarahkan manusia pada jalan yang benar. Agama ini positif, tidak negatif.     


When declaring the shahadah, it is like walking into a room and having a feeling of complete relax, you are not stress most of the time during days you got calm and reflective.

Bagaimana keluarga merespon keputusan Anda?


Mereka haya tidak paham tentang Islam. Seperti aku sebelum menjadi Muslim, mereka memiliki perspektif negatif tentang Islam saat itu. Dan mereka tidak paham sama sekali. Apalagi mereka mempunyai masalah dengan alkohol dan gaya hidup. Cukup sulit di awal menjadi Muslim karena aku tak mendapatkan dukungan dari keluargaku. Alhamdulillah, dukungan justru datang dari teman-teman dan keluarga Muslim lain yang ku kenal. Dalam hidup ini, kita bisa kapan saja kehilangan orang-orang terdekat, namun sejalan dengan itu Allah juga menggantikan dengan orang-orang yang berkarakter lebih baik. Sejak itu, hubungan kekerabatan ku dengan teman-teman Muslim yang baru ku kenal menjadi lebih bermakna. Aku kini mengenal mereka yang berlatar belakang baik, tak pernah punya masalah dengan obat-obatan terlarang, alkohol, dan masalah psikis.

Menariknya, ada satu sahabatku yang sampai kini masih berhubungan baik denganku. Dia tidak sama sekali mempermasalahkan keputusanku menjadi Muslim walau ia seorang penganut Kristen, Australian, dan very western. Dia mengenal banyak Muslim di tempat kerjanya dan kami masih berteman baik. Aku juga mendapatkan informasi bahwa beberapa temanku telah menjadi Muslim. Mereka tengah belajar shalat dan mulai puasa Ramadhan saat ini, alhamdulillah.

Aku sadari saat sebelum menjadi Muslim, aku ketahui bahwa Yesus meletakkan dahinya ke tanah saat berdoa, gerakan itu layaknya posisi Muslim saat bersujud dalam shalat. Selain itu, aku mendapati bahwa kandungan Bibel telah ditubah oleh orang-orang yang berkepentingan dengan itu. Seandainya isi Bibel tidak dirubah, aku yakin semua manusia di dunia ini satu. Ajaran yang dibawa oleh Yesus dan Nabi Muhammad itu sama, menyembah Allah Yang Esa.

“If only it (Bible) had not been change, we are all one, we are all the same. The message brought by Jesus and Muhammad is one, worshiping one real God.”

Hal itulah yang membuatku dan banyak penganut Kristiani bingung, menyembah Yesus. Aku benar-benar bingung dengan konsep itu dan aku tak pernah memahaminya. Untuk itulah aku merasa ketika menjadi Muslim seperti terlahir kembali, layaknya bayi.

Dalam paham Kristen, aku diajari bahwa Yesus itu anak Tuhan walau secara teknis bukan anak Tuhan, tapi mereka orang-orang gereja mendoktrinkan bahwa Yesus anak Tuhan. Ini sangat membingungkan, menurutku. Sangat berbeda, seperti yang aku jelaskan di awal, ketika aku belajar Islam, segala sesuatu dijelaskan detil sehingga aku mudah memahami konsep agama ini. Setiap kali aku memiliki sebuah pertanyaan, Islam selalu memberiku jawaban.

Apa Makna Menjadi Muslim?

Islam kini menjadi jalan hidupku. Agama ini pedoman bagaimana seharusnya aku menjalankan kehidupan ini. Ada aturan yang harus diikuti. Islam memberikan pedoman secara komprehensif sejak kita menjadi anak-anak, dewasa, berkeluarga, dan ketika kit atua nanti, ini layaknya sebuah manual hidup.


Bagaimana Hidup Anda Merubah Setelah Menjadi Muslim?


Ak merasa hidupku saat ini lebih relaks dan tidak stress. Materi yang bersifat sementara kini tak lagi menjadi sebuah prioritas. Sebelum menjadi Muslim, aku terbiasa belanja ke supermarket dengan berdandan sedikit berlebihan, jaket kulit, sepatu hak tinggi, dan rok mini. Alhamdulillah, koleksi ku itu sekarang sudah ku buang. Aku dulu sangat eksentris karena aku seorang seniman, aku selalu punya ide-ide dan koleksi barang yang menurut orang aneh. Hobi itu sekarang sudah terkontrol. Aku tak seaneh dulu dengan segala hobi ynag ku suka. Alhamdulillah, hidupku kini jauh lebih bermakna dan saat ini aku ingin fokus membesarkan dua putra ku. Selain itu, aku juga berusaha menjaga tutur kataku. Aku juga mencoba untuk tidak begitu saja berkomunikasi dengan laki-laki lawan jenis. Di beberapa kondisi, hal itu tidak dianjurkan bahkan cenderung diharamkan. Pada intinya aku harus lebih banyak mengedukasi diri tentang bagaimana aku seharusnya bersikap di masyarakat sebagai Muslim. Sejak menjadi muslim aku lebih bisa menahan diri, hidup sederhana, bersikap lebih bijak, dan aku merasa lebih terhormat sebagai perempuan dalam Islam. Aku yang sekarang berbeda sekali dengan aku yang dulu saat masih muda.

Do you have any confusing looking at the real Islamic teaching and the culture?


There are a lot of interpretations in Islam and sometimes different group have interpreted different things and it cause a bit of conflict between the groups. Like in Indonesia I have heard there are strange group interpretations. I think you have to follow what the Qur’an and the Hadits, that is the correct part. I don’t think the new interpretations are correct, some are man-made. I tend to stick to the original form of Islam. I don’t follow anyone in particular teaching of ustad or anything. I try to follow what is said originally in the Quran and the prophet saying. I am happy.

Apakah Anda Mengalami Kebingungan Saat Belajar Islam, yakni terbaurnya antara Ajaran Islam yang Orisinil dengan Budaya Muslim?


Iya benar. Ada banyak interpretasi dalam Islam, kadangkala perbedaan itu menyulut konflik. Namun, perbedaan apapun dalam Islam, kita harus kembali mengikuti ajaran yang tertera dalam al-Qur’an dan al-Hadits, itulah yang benar. Aku melihat bahwa beberapa penafsiran kontemporer tidak selamanya benar, ada juga yang sengaja dibuat-buat manusia. Aku tidak begitu saja mengikuti ajaran seorang ustad tertentu dalam beragama. Untuk itu, aku berusaha mengikuti Qur’an dan Hadits.

Apa Usaha Anda Untuk Menjadi Muslim yang Baik?


Ada banyak hal yang masih harus ku pelajari tentang Islam. Aku ingin memperdalam kemampuanku membaca al-Qur’an. Untuk itu, aku ingin bergabung dengan kelompok ta’lim yang berada di pusat kota Sydney. Sekarang ini aku masih belajar otodidak semampuku.

Apakah Anda Memiliki Sebuah Nasehat Kepada Mereka yang Masih Mencari Kebenaran dan Untuk Kami yang Terlahir Muslim?


Aku melihat bahwa mereka yang terlahir Muslim memiliki banyak dukungan dari keluarga, Anda dibesarkan secara Islami, sanak keluarga Anda juga Muslim, Anda sangat beruntung memiliki banyak dukungan dari orang-orang terdekat. Sedangkan, mualaf seperti aku ini tidak demikian, aku dibesarkan di kultur yang sangat berbeda di Barat dan dididik dengan norma agama yang berbeda, ketika menjadi Muslim, seringnya kami kehilangan dukungan. Selain itu, kami juga kadangkala dipersepsikan negatif dan salah serta kurang ilmu oleh beberapa komunitas Muslim. Dengan demikian, Anda perlu memberikan dukungan kepada para mualaf yang memiliki kultur yang berbeda entah itu di Barat atau Asia. Bantu mereka untuk menjadi Muslim yang baik, jangan mempersepsikan negatif, lalu bimbinglah mereka.




LihatTutupKomentar