Auburn Gallipoli Mosque menjadi salah satu ikon masjid di Sydney, tepatnya masjid ini berlokasi di daerah suburb bagian Barat. Cukup dengan sekitar 45 menit perjalanan menggunakan bus dan railway train dari UNSW, lokasi ini sangat mudah dijangkau karena letak nya sangat strategis dari train station di Auburn.
Dalam perjalananku menuju masjid, rasa-rasanya aku tak
sedang berada di Sydney. Sekitar lima menit lagi menjelang waktu dzhuhur, ku
dapati dari semua penjuru, beberapa lelaki berwajah Eropa keluar dari rumah
berjalan menuju arah masjid. Ternyata ku jumpai bahwa mereka yang berwajah
Eropa itu adalah mereka citizent
Australia yang berasal dari Turki. Sesampainya aku di masjid, Alhamdulillah adzan berkumandang, Allahu akbar, God is the Greatest.
Hal yang menjadi perhatianku sejak pertama kali datang
ke masjid ini adalah arsitektur bangunan masjid yang kental dengan gaya Turki, memang
ternyata masjid ini didesain mirip gaya klasik ala Ottoman empire. Omer
Kirazoglu adalah arsitek dibalik pengerjaan masjid ini. Untuk mendapatkan
kemiripan tersebut, beberapa bahan bangunan seperti marmer dan batu-batuan
sengaja didatangkan dari negara asalnya, Turki.
Desain interior kubah masjid terlihat sangat elegan
dengan berbagai warna. Hal yang membuatnya semakin menawan yakni kubah yang
dikelilingi oleh asma Allah dan kaligrafi berisi ayat-ayat al-Qur’an. Huseyin
Oksuz dibantu oleh lima seniman Turki mampu menyelesaikan tulisan kaligrafi
tersebut secara manual dalam waktu enam bulan. Di tengah, pusat kubah tersebut
tertulis kalimat Allahu Akbar, God is the
Greatest, yang kemudian dikelilingi dengan goresan tulisan ayat-ayat dari
surah al-Ikhlas. “Say, He is Allah, the
One and Only. He is the Self-Sufficient Master. He begets not, nor was He
begotten. And there is non coequal or comparable unto Him.”
Alhamdulillah
tsumma Alhamdulillah, atas izin Allah, masjid ini dapat berdiri. Menurut
sejarah, masjid ini berawal dari kebutuhan muslim untuk menjalankan shalat lima
waktu berjamaah. Dahulunya, masjid ini hanyalah sebuah rumah kecil yang
digunakan shalat yang kemudian dilakukan ekspansi secara gotong royong melalui
sebuah projek Fund Raising yang
sebagian besar dimotori oleh muslim Turki dan beberapa muslim dari etnis
lainnya.
Di awal pembangunan, tak heran jika terjadi penolakan
dari masyarakat lokal dan izin pemerintah Australia. Namun demikian, masjid ini
sekarang menjadi central bagi non-muslim dalam memperoleh informasi tentang
Islam. Apalagi setelah tragedi 9/11 atau tragedi WTC, banyak non-muslim yang
ingin tahu tentang Islam dan ajarannya, khususnya tentang kebenaran terorisme. Alhamdulillah, saat ini masjid Gallipoli
Auburn telah menjadi landmark bagi muslim Sydney.
Apa
saja kegiatan yang ada?
Selain shalat lima waktu, kegiatan-kegiatan dalam
memberikan bimbingan kepada generasi muda juga dilakukan seperti Qur’an
learning dan Islamic faith and theology. Gaya hidup ‘Barat’ jelas menjadi
tantangan tersendiri bagi orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Adapun
pelayanan lain juga diberikan oleh masjid ini seperti pernikahan, pemakaman,
iftar dan kegiatan Ramadan, serta salat Idul Fitri.
Khusunya, untuk memfasilitasi non-muslim dalam
memperoleh informasi akurat tentang Islam, masjid ini menyelenggarakan Open
Mosque Days setiap tahunnya. Dalam acara tersebut, beberapa kelompok non-muslim
diberikan penjelasan tentang konsep beragama dalam Islam seperti rukun Islam
dan Iman, termasuk konsep ketuhanan—muslim beriman pada Allah Yang Esa dan Nabi
Muhammad adalah utusan Allah seperti halnya Yesus (Isa).
Taner Tulpar, seorang fotografer masjid ini yang
selalu berusaha menyempatkan diri salat berjamaah di masjid, mengungkapkan
syukur dan kebahagiaan atas penghargaan yang diberikan masyarakat kepada rumah
Allah ini. “Maasya Allah, Maasya Allah, Maasya Allah, saya merasa terhormat
biss menjadi bagian dari masjid ini. Saya dengan senang hati dapat menyampaikan
informasi tentang Islam keada mereka yang muslim ataupun non-muslim,” kata
lelaki yang berprofesi sebagai engineer
itu.
Nama
Auburn Gallipoli
‘Auburn Gallipoli’ merupakan nama yang dipilih sebagai
simbol sejarah dua negara, Australia dan Turki. ‘Auburn’ adalah nama daerah di
mana masjid ini berada, sedangkan ‘Gallipoli’ sendiri diambil dari nama daerah
terjadinya gencatan senjata yang terjadi saat Perang Dunia 1 antara Turki dan
Australia. Gallipoli berasal dari Bahasa latin ‘Kallipolis’ yang berarti ‘kota
yang indah’. Kota ini terletak di Turki bagian Eropa.
Pada Perang Dunia 1, tentara sekutu Britania, Prancis,
Russia termasuk Australia dan New Zealand berusaha menaklukkan Central Powers
saat itu yang terdiri dari German, Austria-Hungaria, meliputi Kerajaan
Usmaniyah (Ottoman Empire) dan Bulgaria. Mereka ingin menundukkan Kerajaan
Usmaniyah dan Istanbul, namun usaha tersebut gagal dan akibatnya kedua belah
pihak menderita korban jiwa yang besar. Ketika berada di Australia, Anda akan
sering menjumpai abreviasi ANZAC yakni the Australian and New Zealand Army
Corps. Bahkan di Sydney sendiri, kampus UNSW berada di jalan yang bernama Anzac
Parade.
Turki
dan Sultan Mehmet
Muhammad Al-Fatih atau lebih dikenal sebagai Sultan
Mehmet di Turki menggambarkan keagungan Islam. Betapa tidak, di masa
pemerintahannya, rakyat dapat hidup berdampingan tanpa mengindahkan etnis apa
dan dari mana.
Al-Fatih adalah suri tauladan pemuda yang berakhlak karimah, mulia. Sosok yang senantiasa berpuasa sunnah dan konsisten menjalankan tahajud. Pemuda yang berkarakter. Tak heran jika nubuat, hadits Nabi membenarkan Al-Fatih sebagai Sang Penakluk Konstantinopel, kerajaan terkuat di masanya.
Al-Fatih adalah suri tauladan pemuda yang berakhlak karimah, mulia. Sosok yang senantiasa berpuasa sunnah dan konsisten menjalankan tahajud. Pemuda yang berkarakter. Tak heran jika nubuat, hadits Nabi membenarkan Al-Fatih sebagai Sang Penakluk Konstantinopel, kerajaan terkuat di masanya.