Bertahan Hidup Sebagai Muslim di Sydney Australia



Perjalanan ke Sydney adalah kali pertama bagi saya, pun ini kesempatan pertama bagi saya melangkah ke luar Indonesia. Oleh karena itu, banyak hal-hal kecil seperti istinja' yang cukup essensial luput dari list persiapan shock culture yang seharusnya terpatri dalam benak saya.

Botol, Alat Bantu Intinja' Bagi Pelancong Muslim




Tiba di Kingsford Airpot, Sydney, toilet adalah tempat pertama yang saya cari, tentu antri karena banyak penumpang yang punya hajat yang sama, kebelet. Clingak, clinguk beberapa saat di dalam toilet mencari flush atau benda apapun untuk istinja’ berbuah nihil, hanya toilet paper yang ku dapati, arrghh. Oke fine, mungkin setting toilet seperti ini hanya berlaku di toilet umum, pikirku.

Setelah sampai di temporary housing dan beberes barang, rasanya membersihkan diri dari penat setelah kurang lebih 7 jam penerbangan menjadi hal wajib. Ku masukilah toilet, dan taraaa, no flush again! Ah dan ku simpulkan ternyata beginilah kultur Sydneysiders. Akhirnya, karena tak satu pun benda ku dapati dapat digunakan untuk urusan cebok mencebok, tanpa pikir panjang, ku ambil lah botol minum Tupperware yang saya bawa dari rumah. Yah, kini botol itu jadi multi fungsi, alat minum dan alat cebok, Lol.

Setelah sharing dengan beberapa teman, jika cara itu dianggap a bit disgusting, maka ada teman memberi saran untuk selalu membawa dua botol kemanapun pergi. Aha, satu difungsikan sebagai botol minum dan satu lagi untuk bersuci, agak riweuh ya.

Bagaimana Islam Mengatur Intinja'?


Terkait dengan cerita ini, berikut pembahasan tentang istinja’ dalam Islam.

Di dalam Surah at-Taubah 108, Allah berfirman:
والله يحب المطهرين

Dan bahwasannya Allah menyukai orang-orang yang bersih.

And Allah loves those who purify themselves.

Ayat ini berkaitan dengan kebersihan diri seorang muslim. Setiap akan melakukan ibadah, muslim harus dalam keadaan suci, misalnya ketika akan shalat dan membaca al-Qur’an. ‘Dan bahwasannya tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah,’ (Surah Adz-Dzariyat: 56). Jika kita maknai bahwa setiap hembusan nafas ini bentuk ibadah kepada Allah, selalu dalam keadaan suci (menjaga wudlu) adalah amalan yang dianjurkan dalam Islam.

Hukum Bagi yang Tidak Beristinja' dengan Benar

Terkait dengan pembahasan ini, Rasulullah SAW meriwayatkan dalam hadits sahih bahwasannya ada seorang yang diadzab dalam kubur disebabkan tidak membersihkan dirinya dari kencing yang mengenainya. Selanjutnya, rasulullah SAW telah mengabarkan bahwa kebanyakan siksa kubur disebabkan karena kencing.

Riwayat tersebut memberi gambaran kepada kita bahwa pembahasan tentang bersuci, dalam hal ini beristinja’ harus sangat diperhatikan. Beberapa ulama menjelaskan kata istinja’ sebagai menghilangkan sesuatu (najis) dari dubur atau qubul menggunakan air yang suci dan mensucikan atau batu yang suci atau benda lain yang memiliki sifat seperti air dan batu.

Beristinja’ menggunakan air adalah afdhol karena ia bisa membersihkan tempat keluarnya kotoran dibanding dengan selainnya. Lalu bagaimana beristinja’ menggunakan batu dan sejenisnya—kayu, kain, tissue? Menurut mayoritas ulama, hal ini diperboehkan asal dapat membersihkan najis. Dan kapan dikatakan suci jika menggunakan batu dan sejenisnya? Zubair berpendapat, yakni ketika hilang najis dan basahnya tempat disebabkan najis, dan batu terakhir dalam keadaan suci—tidak ada bekas najis bersamanya.

Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan, Salman al Farizi radhiallahu ‘anhu berkata: ‘Rasulullah SAW melarang kami dari istinja’ dengan menggunakan tangan kanan atau kurang dari tiga batu.’

Demikian contoh kecil yang berakibat besar tentang bagaimana bertahan hidup sebagai Muslim di Australia.


Darling Street, Kensington

December 4, 2015


Reference:

https://abuzubair.wordpress.com/2008/02/20/inilah-adab-adab-istinja-dan-buang-air/   

LihatTutupKomentar