Buku-buku
berikut sangat thought-provoking. Ditulis oleh KH. Mahrus Ali, seorang mantan
Kyai NU. Menjadi kyai, dihormati, dan memiliki jamaah tak lantas membuatnya
enggan menetapi kebenaran dan menyadari kesalahan. Itulah hidayah.
"Buku ini saya tulis sebagai
pertaubatan atas kesyirikan ajaran-ajaran dari leluhur saya." Demikian
beliau menuliskan tujuan penulisan buku-buku itu.
Tenang, tak perlu emosi dahulu.
Memilih jalan hidup A atau B adalah hak beliau. Anda dan saya sama sekali tak
akan bertanggung jawab atas amal beliau. Bukankah ini perkataan Al-Qur'an bahwa
anak-anak, saudara, istri, keluarga, dan harta tak bisa digunakan sebagai
tebusan amal salah kita? (See: Al-Ma'arij)
Wa andzir 'asyiirotaka al aqrobiin,
peringatkanlah saudara dekatmu! Itulah salah satu ayat yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam di awal risalah beliau. Wahai kawan,
mari berhati-hati dengan karib kerabat kita, mereka bisa menjadi jalan hidayah
ataupun jalan sesat bagi kita.
Hal
sederhana yang saya pelajari dari sosok KH. Mahrus Ali adalah keberaniannya
melawan arus. Saya selalu simpati dengan pribadi seperti beliau, anti
mainstream. Yang haq dikatakan haq yang batil dikatakan batil.
Tulisan-tulisan
beliau ini ilmiah, argumen yg ditentang didasarkan rujukannya pada Al-Quran dan
Al Hadits. Sehingga, jika ada diantara Anda yang tidak setuju bahkan marah
dengan buku ini, silakan. But, it is a big BUT. Kemarahan itu alangkah bijaknya
jika disalurkan dengan membuat karya ilmiah balasan yang juga didasarkan pada
Al Quran dan Al Hadits, bukan sekadar cuapan tak berdasar yang emosional.
Buku-buku
yang beliau tulis tidak ada yg tipis. Ghirah beliau dalam membaca dan menulis
sangat sangat kuat, sehingga buku-buku itu tebalnya kisaran 600 dan 700
halaman. Laa haulaa wa laa quwwata illa billah.
Tanya
dimana belinya buku ini? Sayang sekali, saya tidak menjualnya. Jika tertarik
membeli, Anda bisa mengunjungi toko-toko buku di Ampel Surabaya, cari penerbit
La Tasyuk! Press.