Perempuan Anglo-Saxon Australia ini Akhirnya Masuk Islam

“Study and do a proper course. Do not only go to
internet but also visit the mosque and college that
teaching Islam. If you don’t do that you will
miss out our noble knowledge.”

-Rosie-



People of Research, People of Hidayah
Rosie adalah ibu dua anak yang saya temui saat sharing session tentang ‘Christmas and Its Origin’ di sebuah masjid di daerah Auburn. Beberapa kali kontak, saya tersentil dengan pengetahuannya tentang Islam. Pengetahuan yang mungkin saya pribadi masih enggan untuk mengerjakan. Soal musik dalam Islam, dia sangat detail dan memperhatikan.

“I did love music prior to Islam, but then Alhamdulillah it has nothing to do with me anymore.”

Rosie dilahirkan dan dibesarkan di keluarga Kristiani. Dia berasal dari keluarga keturunan Anglo-Saxon, negara-negara dalam Inggris Raya. Orang tuanya berdarah Irlandia dan Scotlandia. Meski secara de jure mengaku Kristen, tapi secara de facto Rosie dan keluarga bukan tergolong practicing Christian, non church going family.

Tinggal di daerah suburb membuat Rosie tidak pernah berinteraksi dengan muslim. Sejak belajar di sekolah tingkat atas yang berada di pusat kota Sydney, Rosie memiliki banyak teman dari beberapa kultur, termasuk Muslim. Sebagai pribadi yang terbuka dan suka belajar, ia tak canggung untuk berteman dengan siapa pun. Namun demikian, Rosie mengetahui beberapa informasi tentang Muslim dari media. Tetapi ketika berteman, ia tidak memedulikan informasi tersebut.

Perkenalan Rosie dengan Islam berawal di sini. Saat itu, ia kenal dengan satu teman yang kini menjadi suaminya. Rosie tahu bahwa dia Muslim. Namun, dia tak pernah bertanya tentang apa itu Islam dan Muslim secara mendalam. Sang teman pun tak pernah secara proaktif menjelaskan. Karena ingin tahu, Rosie mulai mencari tanpa sepengetahuan siapa pun. Researching, itulah yang ia lakukan.

Setelah membaca banyak sumber tentang konsep Tuhan, Rosie setuju bahwa Tuhan (Allah) itu satu, tidak seperti apa yang ia pahami selama ini, konsep trinitas. Ia pun baru mengerti bahwa Islam menjelaskan secara komprehensif dan mengimani nabi-nabi yang dipercayai Kristen seperti Nabi Ibrahim, Musa, dan Isa. Selanjutnya, ia pun dengan hati melakukan shalat lima waktu dan puasa walau belum berikrar shahadah saat itu.

“At that point, I realize that Islam is a good religion and a nice way of living, but then I was thinking that I have no intention to convert.”

Namun demikian, Allah menuntun hatinya. Alhamdulillah, pada September 2012, Rosie mengingkrarkan shahadah di depan seorang syeikh. Saat itu ia berusia 22 tahun.

Beberapa bulan kemudian, Rosie merencakan untuk menikah dengan pria yang dulu adalah teman satu sekolahnya, Australian Palestinian Muslim. Merencakan konsep acara pernikahan, keluarga Rosie menginginkan alkohol, di sisi lain dari pihak keluarga suami tidak mengizinkan itu. Di situlah orang tua Rosie menaruh curiga bahwa anaknya telah menjadi Muslim. Kemudian Rosie menjelaskan kepada keduanya.

“My mom and dad accepted but then were really upset. We just taking a slow step, so I don’t reveal everything to them. I don’t want to break relationship. When someone doesn’t believe in Allah the way we believe in Allah, they are not going to understand why we do things”.

Pernikahan dengan keluarga Muslim memudahkannya untuk mengurangi perdebatan dengan keluarga, karena setelah menikah Rosie memiliki rumah dengan suami dan tinggal di kawasan yang mayoritas dihuni Muslim.

Alhamdulillah, Allah memberikan dua putri untuk Rosie, Sumayya dan Asiyah. Hadirnya buah hati itu menjadi faktor selanjutnya bahwa keluarga Rosie tetap menginginkannya hadir dalam keluarga, tidak memutuskan hubungan sekaligus meredam amarah.

Menjadi Muslim bukan berarti pencarian lantas berakhir. Rosie mendaftarkan diri belajar di Sharia Course selama tiga tahun di Daar Aisha College, Lakemba. Di situ ia belajar banyak tentang hukum-hukum Islam menurut al-Qur’an dan as-Sunnah. Ia telah menyelesaikan program tersebut pada 2015. Sejak awal menghadiri kelas itu, Rosie mantap berhijab.

Pengalaman pertama berhijab, Rosie mengaku merasa tidak nyaman karena banyak orang yang melihatnya apalagi ketika ia pergi ke area yang tidak banyak Muslim tinggal, itu sangat menganggu. Buah dari istiqomah, being firm and steadfast, Alhamdulillah Rosie sudah memiliki kepercayaan diri dalam berhijab bahkan sekarang sudah tidak peduli dengan pandangan orang lain, ia bangga menjadi Muslimah.

“I do sacrifice thing that I miss today, like my non muslim family want to do anything that I can’t do, it is so tempting and it is so much easier in life but has no purpose to their life. However, I know what I am doing is so much better. At the end I have to think what I will do for hereafter not what I am doing here [dunya]. So, it is a little sacrifice, I guess.”

“But Alhamdulilah, I am happy at the moment that my dad is also doing sharia course even though he is not declaring shahadah yet”.

Untuk itu, Rosie berpesan bagi siapapun yang sedang mencari kebenaran untuk terus belajar. Jika tidak demikian, akan sangat sulit bagi seseorang mendapatkan apa yang tengah ia cari. Allah yang akan memudahkan.

Dan bagi mereka yang terlahir muslim, Rosie pun mengajak untuk terus belajar. “Don’t take Islam as granted and you stop studying. I also have problem with the ones who born Muslim. Sometimes, they put culture before religion. It really annoys me. I find something that Islamically unacceptable. It is hard to get around that. They make up their own ideas. For instance, I saw muslim wearing hijab taking the kids having picture with Santa at shopping center. See?”

Saya pun tak berkutik mendengar itu.

Rosie pun menambahkan, “If my parents see that, they will say why would not you come home for Christmas when you know that those muslims are fine taking photos with Santa!? What should I say then?”. Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua, in sha Allah.


"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup. Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali (mu)." (Al-'Alaq)


LihatTutupKomentar